ARI BUDIARTI
Penggemar
Detektif Conan
BAGI generasi yang tumbuh besar di era
2000-an, komik masih menjadi faforit untuk menghibur diri. Tak terkecuali bagi
Ari Budiarti. Diantara sekian banyak judul komik yang beredar pada masa itu,
serial komik Detective Conan karya Aoyama Gosho nenjadi faforitnya.” Saya mulai
gemar baca komik Detective Conan sejak SD,”tutur dara yang akrab disapa Ari ini.
Cerita detektif memang menjadi kesenangan
bagi Ari. Memasuki SMA, Ari mulai gemar melahap serial novel Sherlock Holmes
karya Sir Arthur Conan Doyle. Baginya,mencerna alur cerita dalam novel Sherlock
Holmes, jauh lebih mengasikkan ketimbang melihat serial kartun Detective Conan
.
“Aoyama Gosho kan memang inspirasinya
dari novel Sherlock Holmes. Setiap kata atau rangkaian kata dalam novel
tersebut,bisa menimbulkan interpretasi yang bebeda,” tutur perempuan kelahiran
17 April 1995 ini.
“Memang saat ini banyak masyarakat yang
sedang pesimis terhadap penegakan hukum,karena ada anggapan tajam
kebawah,tumpul keatas. Itu menjadi tantangan tersendiri bagi setiap sarjana
hukum,”tutur penggemar berat Bung Karno ini.
Memilih konsentrasi di hukum pidana, ada banyak isu yang menjadi perhatian
tersendiri bagi Ari. Salah satunya terkait hukuman mati,untuk beberapa kasus
yang di anggap sebagai kasus kejahatan luar biasa atau extr-ordinary
crime. Ari termasuk sebagian orang yang menganggap hukuman mati bukan solusi terbaik untuk
memberantas kasus-kasus berat seperti narkotika
.
“Kebetulan saya kemarin aktif di salah
satu LBH yang banyak menangani kasus narkoba. Data yang saya dapatkan,setelah
adanya dua gelombang eksekusi mati tahun lalu, peredaran narkoba justru
meningkat sebanyak 1,7 juta buah,”jelas Ari.
Baginya,untuk pemberantasan narkoba
akan lebih efektif jika pemerintah mengoptimakan aspek rehabilitasi.” Apalagi
di KUHAP,jika lebih menekankan rehabilitasi,”pungkas Ari.
Sumber ;Jawa Pos(Radar Jember)
Edisi
;15 Desember 2017
Komentar
Posting Komentar